Memori Tentangmu


Aku mengangkat kepalaku, mencoba mengintip rembulan dari balkon kamarku. Ada seutas senyum yang tampak dari bibirku tepat setelah aku melihat satu-satunya penerang langit malam ini.

Aku menurunkan kepalaku setalah puas melihat indahnya lukisan yang tercipta dari tangan Tuhan. Ciptaan-Nya memang takkan pernah tertandingi. Sayang, pada akhirnya semua tetap harus kembali kepada-Nya.

Aku menghembuskan napas. Lagi-lagi otak ini mulai membawaku pada memori yang telah lalu. Aku merasa memori itu bagai noda bolpoin pada baju yang sulit dihilangkan. Sekeras apa pun usahaku untuk menghilangkannya, tetap saja noda itu berada pada tempatnya.

Sebenarnya memori itu bukanlah memori kepedihan yang mampu membuat air mata ini berubah menjadi tangisan yang bergelimang akan darah. Memori tersebut hanyalah kenangan akan seseorang. Seseorang yang terkasih dan mungkin akan selalu seperti itu.

Ya, tak dapat kupungkiri bila selalu ada sedih, sesal dan amarah kala aku bertanya pada angin, mengapa ia pergi tanpa pamit. Mengapa dalam kepergiannya itu ia tak pernah bertolak untuk kembali di sisiku. Sayang, angin tak mampu memberiku jawaban. Pada akhirnya, mulut ini sendirilah yang menjawab pertanyaannya.

“Ada maksud di balik setiap goresan tangan Tuhan. Ada hikmah yang selalu dapat diambil dari apa yang telah Tuhan perbuat. Kalau tidak sekarang, mungkin besok, atau lusa,” kataku pada diriku sendiri.

Yah, mungkin seperti itu. Semua adalah rahasia Tuhan. Hanya Dia yang tahu maksud dibalik semua tinta yang Ia teteskan pada lembar kehidupan setiap makhluk-Nya. Sedang aku di sini hanya dapat berdo’a, semoga kau tenang di atas sana. 



With love,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar