Deg!
Aku melihatmu, berjalan mendekat ke arahku. Parasmu yang
manis, serta senyummu yang menawan membuat dada ini selalu berdebar kala
kumelihatmu.
Detik demi detik berlalu. Jarak antara aku dan kau kini kian
dekat. Dada ini kian berdebar, semakin dekat semakin kencang.
Ada dorongan kuat dalam tubuhku untuk menyapamu kala jarak
kita hanya tersisa beberapa meter. Dadaku seakan meninggi, semakin kuat
mendorongku untuk menyapamu.
Aku membuka mulut, mencoba menyebut namamu.
Ehm!
Aku berdeham, mencoba membetulkan suara yang tak mau keluar
dari mulut ini.
Ehm!
Sekali lagi aku membetulkan posisi suaraku yang sedang tak
beres. Mengapa di saat seperti ini ia mogok keluar? Mengapa di saat yang
penting ini pita suaraku serasa tercekik oleh batu besar, sedangkan hatiku
malah sebaliknya? Berdebar kencang tak karuan.
Tuhan, bagiku sekarang adalah saat yang tepat untukku
memulai bicara padanya. Namun mengapa Engkau tak mengijinkan pita suara ini
bekerja seperti waktu yang t’lah lalu? Tuhan, tolong buat aku dan dia dapat
saling mengenal satu sama lain. Bila Engkau tak setuju, setidaknya berikan satu
kedipan matanya untukku agar ia melihatku.
With love,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar