Terlambatkah Aku?

Seringkali tergores di otak serta hatiku sebuah kerisauan. Risau akan ketidakberhasilan, maupun ketidakpastian masa depan. Aku tahu, masa depan setiap makhluk telah diatur oleh-Nya, namun aku tetap tak dapat menghapus risau yang melanda jiwaku.
                Sebenarnya, yang aku takutkan bukan ketidakpunyaan masa depan, melainkan akan ketidakmampuanku mencapai masa depan tersebut.
                Berulang kali aku mendapat info, maupun mendengar cerita seputar kesuksesan anak adam dan hawa kala mereka masih belia. Selanjutnya, tak sampai semenit aku mulai iri terhadap mereka.
                Aku ingin menjadi seperti mereka. Dan bila Tuhan berkehendak, aku ingin lebih unggul dari mereka.
                Namun, nyatanya aku masih bukan siapa-siapa. Aku masih seorang remaja yang selalu membuang waktunya dengan hal-hal yang tidak berguna.
                Ah, bodohnya aku. Mengapa aku baru menyadari hal penting itu? Mengapa tidak dari dulu saja aku menginginkan masa depan cerah? Mengapa tidak sejak dulu saja aku melakukan hal-hal yang dapat mendukung terciptanya masa depan tersebut?
                Hmm, nasi memang telah menjadi bubur. Takkan ada yang bisa berubah kembali dan tak patut menyesalinya. Namun, dibalik semua itu ada hal yang perlu aku sadari.
                Nasi memang telah menjadi bubur, namun bukan berarti tak ada nasi lain yang dapat aku rubah menjadi makanan baru, selain bubur. Walau semua telah terjadi, namun masih banyak hal yang dapat aku kerjakan.
                Dengan membuka mata dan membulatkan tekad, serta do’a yang terus menyertai, maka atas kuasa-Nya mungkin sebuah masa depan baru akan muncul. Dan bisa saja masa depan itu menjadi lebih baik dari sebelumnya. 



With love,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar