Still Wait, Hope, and Miss You Here


Lagi-lagi, aku menemukan nihil di inbox handphone-ku. Untuk kesekian kelinya, kau tak mengirim pesan singkat padaku.
                Sungguh, aku tak mengerti apa yang sedang kau pikirkan. Apa karena kata putus itu telah terlontar dari mulut indahmu, kemudian kau bisa pergi semaumu? Atau karena masalah yang menyebabkan putusnya hubungan kita yang membuatmu menjadi seperti ini?
                Semenjak kata itu kau ucapkan, kau dan aku seakan mengiyakan akan perbedaan yang begitu mencolok pada diri kita. Jarak yang jauh, kini seakan mulai membangun dinding-dinding kokoh yang menghalangi kita untuk saling menatap satu sama lain.
                Aku sadar, kita memang berbeda. Bahkan, sangat berbeda. Namun, apakah perbedaan itu yang menghalangi kita untuk dapat bersatu? Atau apa karena absennya restu orangtuaku yang membuat kita semakin menjauh?
                Tak bisakah kau berpikir, betapa tersiksanya aku tanpa dirimu? Bisakah kau merasakan perih dihatiku? Kau pergi meninggalkan kenangan begitu indah, juga cinta yang begitu dalam, yang sebelumnya tak pernah kurasa.
                Bagaimana caraku untuk berpesan pada angin agar ia membawa semua kenangan itu pergi, kalau kau telah mentato namanu di hati serta otakku?
                Hingga saat ini, aku tak dapat memungkiri bahwa aku masih mencintaimu. Aku masih merindukanmu serta menunggumu kembali, walau aku tak tau apa kau juga seperti aku saat ini.



With love,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar