Pengagum Rahasiamu


                Aku ingin buang hajat. Aku ingin segera membuangnya. Aku sudah tidak kuat lagi menahan hajat itu. Tapi aku tak tau bagaimana dan di mana aku harus membuangnya. Hajat itu bukanlah sebuah kotoran yang terbentuk dalam tubuhku. Hajat yang aku maksud adalah perasaanku.
                Sudah lama aku mengenalmu. Sudah lama aku mencintaimu. Dan sudah lama aku menjadi pengagum rahasiamu.
                Sejak pertama bertemu, mataku tertarik untuk melihatmu. Saat itu, badanku seakan dipenuhi besi yang tertarik oleh magnet-magnet yang kau miliki. Bola hitam di matamu yang kecil membuatku tak dapat berkedip. Hidung mancung yang kau miliki, membuatku tak lagi dapat bernapas. Bibirmu yang merah, membuatku tak kuasa untuk terus membuka mulut – terpesona akan parasmu. Sayang, aku tak dapat menghentikanmu saat kau berjalan tepat dihadapanku. Jalanmu yang terlalu cepat dan tidak adanya keberanian dalam diriku, membuatku tak dapat mengenalmu lebih dalam.
                Sejak saat itu, aku berharap kau ada di tempat yang sama denganku, ke mana pun aku pergi. Sayangnya harapan itu hanya sebuah harapan. Nyatanya, akulah yang mengikutimu, ke mana pun kau pergi. Aku tak mempermasalahkan itu. Selama aku dapat melihatmu, hujan seakan terganti oleh sang mentari. Walau pun aku hanya dapat melihatmu dari jauh, mentari itu akan tetap terlihat. Karena mentari itu telah menyilaukan mata, hati dan pikiranku.
                Sejak saat itu pula, banyak hal yang patut disayangkan. Mulai dari ketidak beranianku, kebisuanku, dan masih banyak lagi. Bahkan hingga saat ini – saat perasaan itu semakin parah, saat tak ada satu pun rumah sakit yang mampu mengobati rasa cintaku, saat tak ada satu pun closet yang mau menampung perasaanku – aku masih tetap menjadi pengagum rahasiamu.



21:55 – 22:14
Minggu, 22 april 2012
With love,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar